Sabtu, 01 Maret 2014

Logika" dan "Takdir"

Ada dua orang bersahabat, yang satu bernama "Logika" dan yang satunya lagi bernama "Takdir". Keduanya naik mobil dalam sebuah perjalanan yang panjang…

Di tengah perjalan mobil mereka kehabisan bahan bakar.
Keduanya berusaha melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sebelum datang waktu malam.
Keduanya berusaha menemukan tempat beristirahat, setelah itu baru melanjutkan lagi perjalanan.

Si Logika memutuskan untuk tidur di bawah sebatang pohon. Sedangkan si Takdir memilih tidur di tengah jalan.
Logika berkata kepada Takdir: Kamu gila! Kamu menjatuhkan dirimu kepada kematian. Boleh jadi ketika kamu tidur ada mobil yang lewat dan melindas tubuhmu. Takdir menjawab: Saya tidak akan tidur kecuali di tengah jalan ini. Boleh jadi ada mobil yang datang lalu ia melihatku dan mengajakku bersamanya.

Akhirnya Logika betul-betul tidur di bawah pohon dan Takdir tidur di tengah jalan.
Tidak beberapa lama setelah keduanya tertidur lewat sebuah mobil besar dalam kecepatan tinggi. Tatkala ia melihat seseorang tidur di tengah jalan, ia berusaha berhenti dengan mendadak, tapi sayang ia tidak bisa.
Akhirnya ia membanting stir dan mobil itu berbelok ke arah pohon dan langsung menabrak Logika, dan selamatlah si Takdir.
Inilah kenyataan hidup, Takdir memainkan peranannya di tengah-tengah manusia. Kadang-kadang sekalipun ia bertentangan dengan Logika.
Maka boleh jadi terjadinya delay dalam penerbangan ada keselamatan di balik itu.

Boleh jadi tertunda kita mendapatkan hak kita krn ada hak orang lain yang selama ini kita abaikan dan kita tidak memperdulikan.

Boleh jadi kita terlambat menikah ada keberkahan di balik itu.

Boleh jadi kita belum dikaruniai anak ada kebaikan di balik itu.

Boleh jadi ditolaknya lamaran kerja kita ada hikmah besar di balik itu.

Tertundanya pertolongan dan kemenangan pasti ada manfaat yang sangat besar di belakang itu.

"Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia baik bagimu."

Oleh karena itu, optimislah selalu.....dan tetap semangat..

Kamis, 06 Februari 2014

Copas BBM

When I was young and free,
and had no limits for my imaginations,
Ketika aku masih muda, dan bebas untuk berkhayal

I dreamed of changing the world.
Aku bermimpi untuk mengubah dunia

As I grew older and wiser,
I discovered the world would not change.
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,
kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah

If the world didn't change,
why wouldn't we change ourselves become better?
Jika dunia tidak bisa berubah, mengapa bukan kita aja yang berubah jadi lebih baik

If one person can change better, he will contaminate the world by his kindness
Jika setiap org b'ubah jadi lebih baik, tentunya dia akan menularkan kebaikannya pada orang lain

Let's try to make kindness in Love to be "a contagious disease" for the world
Mari kita jadikan kebaikan yang penuh Cinta sbagai "penyakit menular" di bumi ini :D

Senin, 11 November 2013

Renungan malam ...

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Duh Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

(Puisi terakhir W.S. Rendra yang dituliskannya diatas ranjang RS)

Jika sudah pernah membacanya... Renungkan kembali, inilah yg sering terjadi pada sebagian hidup kita, termasuk saya, ampuni hamba ya Allah...
Rabb, Engkaulah Kekasihku...

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...